Sejak Senin (11/10) kemarin, keluarga Cendana menggelar prosesi bedah bumi mengawali seribu hari wafatnya mantan Presiden Soeharto di kompleks pemakaman keluarga Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah. Selain warga sekitar, tradisi tersebut dihadiri tiga anak almarhum. Mereka adalah Hutomo Mandala Putra alias Tommy, Siti Hediyati atau Titik, dan Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek.
Tradisi ini dihadiri sejumlah pejabat setempat dan Bupati Karanganyar Rina Iriani Sri Ratnaningsih dan Bupati Wonogiri Begug Purnomosidi. Prosesi bedah bumi diawali dengan tahlilan, doa bersama, dan dilanjutkan pemasangan fondasi makam. Rencananya akan ada pemasangan nisan pada puncak perayaan.
Saat disinggung tentang usulan gelar pahlawan nasional dari sejumlah elemen masyarakat, putra bungsu almarhum, Hutomo Mandala Putra menyatakan, keluarga Cendana menghormati dan tidak akan melakukan intervensi. Menurut Tommy Soeharto, penganurgrahan gelar pahlawan nasional hanya tinggal persoalan waktu mengingat jasa serta pengabdian almarhum sejak kemerdekaan hingga akhir hayatnya.
Usai menggelar tradisi bedah bumi, pihak keluarga akan menggelar malam tahlilan seribu hari di lima tempat sekaligus. Yakni di tempat kelahiran Pak Harto di Kemusuk, Bantul; Ndalem Kalitan di Solo; Masjid At-Tin di Jakarta; Monumen Jateng di Karanganyar yang merupakan rumah tempat kelahiran Ibu Tien Soeharto; dan Astana Giribangun.(IDS/ANS)
(Liputan6.com)
Tradisi ini dihadiri sejumlah pejabat setempat dan Bupati Karanganyar Rina Iriani Sri Ratnaningsih dan Bupati Wonogiri Begug Purnomosidi. Prosesi bedah bumi diawali dengan tahlilan, doa bersama, dan dilanjutkan pemasangan fondasi makam. Rencananya akan ada pemasangan nisan pada puncak perayaan.
Saat disinggung tentang usulan gelar pahlawan nasional dari sejumlah elemen masyarakat, putra bungsu almarhum, Hutomo Mandala Putra menyatakan, keluarga Cendana menghormati dan tidak akan melakukan intervensi. Menurut Tommy Soeharto, penganurgrahan gelar pahlawan nasional hanya tinggal persoalan waktu mengingat jasa serta pengabdian almarhum sejak kemerdekaan hingga akhir hayatnya.
Usai menggelar tradisi bedah bumi, pihak keluarga akan menggelar malam tahlilan seribu hari di lima tempat sekaligus. Yakni di tempat kelahiran Pak Harto di Kemusuk, Bantul; Ndalem Kalitan di Solo; Masjid At-Tin di Jakarta; Monumen Jateng di Karanganyar yang merupakan rumah tempat kelahiran Ibu Tien Soeharto; dan Astana Giribangun.(IDS/ANS)
(Liputan6.com)
Wah Tradisi naik panggung ya nih.....serem juga ya ..kembang buat ngasih makan siapa tuh...hohoho
BalasHapusbaru tau ada tradisi kayak githu...
BalasHapus