PEDULI PENDIDIKAN, Wisuda pertama Politeknik Caltex Riau pada 2005. Politeknik ini didirikan Chevron sebagai bagian dari kegiatan peduli pendidikan.
Pendidikan telah menjadi perhatian sejak awal berdirinya perusahaan minyak dan gas Chevron. Pendiri Chevron menempatkan pendidikan sebagai prioritas dalam menunjang aktivitas bisnisnya.
“BAGI kami pendidikan adalah investasi jangka panjang untuk pengembangan kemampuan manusia,” ungkap Presiden Direktur Chevron Pacific Indonesia, A Hamid Batubara. BagiChevron, pendidikan dianggap sebagai investasipenting. Pendidikan bisa menjadi pembeda antara perilaku manusia yang berbudi dan tidak.“Yang kita harapkan dengan pendidikan cukup,masyarakat Indonesia akan memiliki level kemampuan memadai untuk mengembangkan diri di masa depan,”terang Hamid Batubara.
Menurut Hamid,mengurai persoalan pendidikan diakui bukan pekerjaan kecil.Pemerintah telah bekerja keras memajukan pendidikan, baik melalui kebijakan maupun strategi terarah.Meski demikian, pemerintah,menurut Hamid, juga membutuhkan pendamping dalam menyelesaikan tugas besar tersebut. Di sinilah tugas sektor swasta seperti Chevron untuk bersamasama memikul tanggung jawab tersebut.
Kepedulian Chevron telah ditandai dengan pembangunan fisik SMA pertama di Riau,SMA Negeri 1 Riau, pada 1955. Langkah Chevron mendirikan SMA di Riau terbukti membuahkan hasil positif. Lulusan sekolah tersebut kini telah menjadi leader di daerahnya. “Itulah salah satu investasi yang kami harapkan. Alangkah strategisnya membangun sarana pendidikan perintis seperti yang kami lakukan ketika mendirikan SMA 1 Riau,”tutur Hamid.
Pembangunan SMA 1 Riau menjadi cikal bakal Chevron melakukan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan di bidang pendidikan. Setelah itu Chrevron aktif menggelar corporate social responsibility (CSR) di bidang pendidikan melalui program-program strategis. Selain pembangunan fisik sekolah,yang unik adalah program beasiswa bagi pelajar tingkat SMA.Program tersebut sudah memasuki tahun yang ke-10.
“Kita mencari bibit peringkat sekolah di seluruh Riau, diambil peringkat terbaik kemudian dipilih 60 orang.” “Lalu ada tes lagi, bagaimana mereka punya visi ke depan.Juaranya kita beri beasiswa untuk sekolah selama lima tahun,”papar Hamid. Program tersebut memiliki peran strategis karena menumbuhkan kompetisi yang sehat di antara sekolah di Riau, wilayah di mana Chevron banyak melakukan aktivitas perusahaan.
Program strategis lain yang dikerjakan Chevron adalah mendirikan jurusan teknik perminyakan dan teknik mesin di Universitas Islam Riau pada awal 1984. Saat awal pendirian, sejumlah karyawan Chevron terjun menjadi sukarelawan pengajar untuk memberikan materi perkuliahan di dua jurusan baru tersebut.“Saya termasuk salah satu pengajar sukarela,” kenang Hamid. Setelah mampu melakukan transisi untuk merekrut dosen tetap, dua jurusan tersebut kemudian mampu berdiri sendiri.
“Lulusan kedua jurusan tersebut bekerja di banyak perusahaan,” imbuhnya. Langkah serupa juga dilakukan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim di Pekanbaru.Di sana, Chevron mendirikan Fakultas Sains dan Teknologi.Chevron membantu dari mendirikan jurusan teknik informatika hingga memiliki fakultas sejenis. Upaya Chevron turut memajukan pendidikan di Tanah Air tidak berhenti sampai di situ.Pada awal 2000, bersama pemerintah daerah, Chevron mendirikan Politeknik Caltex Riau.
Langkah Chevron mendirikan politeknik tersebut bertujuan agar putra-putri daerah memiliki bekal pendidikan dan keahlian yang dapat langsung bekerja. Para lulusan diharapkan dapat langsung terjun ke dunia industri. Pada awal pendirian politeknik, Chevron menggalang kerja sama dengan Universitas Riau untuk mencari minat dan bakat dari anak-anak SMA terkait dengan jurusan yang diminati.
Selain itu, Chevron mencari kebutuhan industri di Riau dan Kepulauan Riau. Dua input tersebut dijadikan dasar bagi pembukaan jurusan yang sejalan dengan kebutuhan industri, juga minat dan bakat calon mahasiswa. Saat ini, Politeknik Caltex Riau memiliki program setara D-3 dengan program studi elektronika,teknik telekomunikasi, teknik komputer, teknik mekatronika, dan akuntansi.
Politeknik Caltex Riau juga memiliki program D-4 sejak 2006 dengan program studi teknologi informasi, teknologi sistem informasi, dan teknologi elektronik komunikasi. Keberadaan Politeknik Caltex Riau juga mendapat pengakuan internasional saat ditunjuk sebagai tuan rumah kegiatan Olimpiade Fisika Asia VI pada 24 April–2 Mei 2005. “Memiliki Politeknik Riau bagi Chevron adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Inilah yang kami sebut sebagai investasi dan ini bermanfaat bagi bangsa.
Bahkan ada lulusan yang menjadi ekspatriat di luar negeri,”terang Hamid. Chevron juga menaruh perhatian besar terhadap pendidikan di wilayah yang terkena bencana. Melalui program Chevron Aceh Recovery Initiative,Chevron memberikan banyak program. Kepada para pemuda-pemudi korban tsunami, Chevron menawarkan program pelatihan di Politeknik Caltex Riau. Chevron juga memberikan beasiswa bagi para pelajar korban tsunami Aceh dan Nias untuk belajar di Politeknik Caltex Riau.
“Melalui pelatihan ini, pengetahuan saya menjadi bertambah. Meski saya seorang perempuan,saya sangat ingin menjadi ahli di bidang kelistrikan.Setelah menyelesaikan program ini,saya akan mencari pekerjaan atau jika memungkinkan membuka usaha sendiri,” tutur Wahyuni Mayrita, salah seorang peserta program pelatihan Chevron di Politeknik Caltex.
Di Aceh, bekerja sama dengan pemerintah setempat,Kementerian Pendidikan Nasional, serta USAID,Chevron juga mendirikan Politeknik Aceh.Keberadaan politeknik ini diharapkan menjadi tempat putra-putri Aceh bangkit membangun wilayahnya. Saat ini Chevron juga sedang mengerjakan program terbaru, yakni University Partnership Program. Program ini menjembatani dunia universitas dengan industri. Seolah kegiatan sosial telah menjadi napas dalam kehidupan Chevron.
Mereka juga memiliki program unik lainnya yang dilakukan para karyawan.Chevron mengadakan program matching fund. Program ini merupakan bentuk sumbangan karyawan ketika terdapat musibah seperti bencana alam dan lainnya.“Program ini untuk menumbuhkan semangat kepada karyawan untuk menyumbang. Karena jika dari karyawan terkumpul hingga misalnya Rp50 juta, maka perusahaan juga akan mengeluarkan dana yang sama untuk bantuan,”ungkap Hamid. (sugeng wahyudi)(seputar-indonesia)
Pendidikan telah menjadi perhatian sejak awal berdirinya perusahaan minyak dan gas Chevron. Pendiri Chevron menempatkan pendidikan sebagai prioritas dalam menunjang aktivitas bisnisnya.
“BAGI kami pendidikan adalah investasi jangka panjang untuk pengembangan kemampuan manusia,” ungkap Presiden Direktur Chevron Pacific Indonesia, A Hamid Batubara. BagiChevron, pendidikan dianggap sebagai investasipenting. Pendidikan bisa menjadi pembeda antara perilaku manusia yang berbudi dan tidak.“Yang kita harapkan dengan pendidikan cukup,masyarakat Indonesia akan memiliki level kemampuan memadai untuk mengembangkan diri di masa depan,”terang Hamid Batubara.
Menurut Hamid,mengurai persoalan pendidikan diakui bukan pekerjaan kecil.Pemerintah telah bekerja keras memajukan pendidikan, baik melalui kebijakan maupun strategi terarah.Meski demikian, pemerintah,menurut Hamid, juga membutuhkan pendamping dalam menyelesaikan tugas besar tersebut. Di sinilah tugas sektor swasta seperti Chevron untuk bersamasama memikul tanggung jawab tersebut.
Kepedulian Chevron telah ditandai dengan pembangunan fisik SMA pertama di Riau,SMA Negeri 1 Riau, pada 1955. Langkah Chevron mendirikan SMA di Riau terbukti membuahkan hasil positif. Lulusan sekolah tersebut kini telah menjadi leader di daerahnya. “Itulah salah satu investasi yang kami harapkan. Alangkah strategisnya membangun sarana pendidikan perintis seperti yang kami lakukan ketika mendirikan SMA 1 Riau,”tutur Hamid.
Pembangunan SMA 1 Riau menjadi cikal bakal Chevron melakukan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan di bidang pendidikan. Setelah itu Chrevron aktif menggelar corporate social responsibility (CSR) di bidang pendidikan melalui program-program strategis. Selain pembangunan fisik sekolah,yang unik adalah program beasiswa bagi pelajar tingkat SMA.Program tersebut sudah memasuki tahun yang ke-10.
“Kita mencari bibit peringkat sekolah di seluruh Riau, diambil peringkat terbaik kemudian dipilih 60 orang.” “Lalu ada tes lagi, bagaimana mereka punya visi ke depan.Juaranya kita beri beasiswa untuk sekolah selama lima tahun,”papar Hamid. Program tersebut memiliki peran strategis karena menumbuhkan kompetisi yang sehat di antara sekolah di Riau, wilayah di mana Chevron banyak melakukan aktivitas perusahaan.
Program strategis lain yang dikerjakan Chevron adalah mendirikan jurusan teknik perminyakan dan teknik mesin di Universitas Islam Riau pada awal 1984. Saat awal pendirian, sejumlah karyawan Chevron terjun menjadi sukarelawan pengajar untuk memberikan materi perkuliahan di dua jurusan baru tersebut.“Saya termasuk salah satu pengajar sukarela,” kenang Hamid. Setelah mampu melakukan transisi untuk merekrut dosen tetap, dua jurusan tersebut kemudian mampu berdiri sendiri.
“Lulusan kedua jurusan tersebut bekerja di banyak perusahaan,” imbuhnya. Langkah serupa juga dilakukan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim di Pekanbaru.Di sana, Chevron mendirikan Fakultas Sains dan Teknologi.Chevron membantu dari mendirikan jurusan teknik informatika hingga memiliki fakultas sejenis. Upaya Chevron turut memajukan pendidikan di Tanah Air tidak berhenti sampai di situ.Pada awal 2000, bersama pemerintah daerah, Chevron mendirikan Politeknik Caltex Riau.
Langkah Chevron mendirikan politeknik tersebut bertujuan agar putra-putri daerah memiliki bekal pendidikan dan keahlian yang dapat langsung bekerja. Para lulusan diharapkan dapat langsung terjun ke dunia industri. Pada awal pendirian politeknik, Chevron menggalang kerja sama dengan Universitas Riau untuk mencari minat dan bakat dari anak-anak SMA terkait dengan jurusan yang diminati.
Selain itu, Chevron mencari kebutuhan industri di Riau dan Kepulauan Riau. Dua input tersebut dijadikan dasar bagi pembukaan jurusan yang sejalan dengan kebutuhan industri, juga minat dan bakat calon mahasiswa. Saat ini, Politeknik Caltex Riau memiliki program setara D-3 dengan program studi elektronika,teknik telekomunikasi, teknik komputer, teknik mekatronika, dan akuntansi.
Politeknik Caltex Riau juga memiliki program D-4 sejak 2006 dengan program studi teknologi informasi, teknologi sistem informasi, dan teknologi elektronik komunikasi. Keberadaan Politeknik Caltex Riau juga mendapat pengakuan internasional saat ditunjuk sebagai tuan rumah kegiatan Olimpiade Fisika Asia VI pada 24 April–2 Mei 2005. “Memiliki Politeknik Riau bagi Chevron adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Inilah yang kami sebut sebagai investasi dan ini bermanfaat bagi bangsa.
Bahkan ada lulusan yang menjadi ekspatriat di luar negeri,”terang Hamid. Chevron juga menaruh perhatian besar terhadap pendidikan di wilayah yang terkena bencana. Melalui program Chevron Aceh Recovery Initiative,Chevron memberikan banyak program. Kepada para pemuda-pemudi korban tsunami, Chevron menawarkan program pelatihan di Politeknik Caltex Riau. Chevron juga memberikan beasiswa bagi para pelajar korban tsunami Aceh dan Nias untuk belajar di Politeknik Caltex Riau.
“Melalui pelatihan ini, pengetahuan saya menjadi bertambah. Meski saya seorang perempuan,saya sangat ingin menjadi ahli di bidang kelistrikan.Setelah menyelesaikan program ini,saya akan mencari pekerjaan atau jika memungkinkan membuka usaha sendiri,” tutur Wahyuni Mayrita, salah seorang peserta program pelatihan Chevron di Politeknik Caltex.
Di Aceh, bekerja sama dengan pemerintah setempat,Kementerian Pendidikan Nasional, serta USAID,Chevron juga mendirikan Politeknik Aceh.Keberadaan politeknik ini diharapkan menjadi tempat putra-putri Aceh bangkit membangun wilayahnya. Saat ini Chevron juga sedang mengerjakan program terbaru, yakni University Partnership Program. Program ini menjembatani dunia universitas dengan industri. Seolah kegiatan sosial telah menjadi napas dalam kehidupan Chevron.
Mereka juga memiliki program unik lainnya yang dilakukan para karyawan.Chevron mengadakan program matching fund. Program ini merupakan bentuk sumbangan karyawan ketika terdapat musibah seperti bencana alam dan lainnya.“Program ini untuk menumbuhkan semangat kepada karyawan untuk menyumbang. Karena jika dari karyawan terkumpul hingga misalnya Rp50 juta, maka perusahaan juga akan mengeluarkan dana yang sama untuk bantuan,”ungkap Hamid. (sugeng wahyudi)(seputar-indonesia)
Komentar
Posting Komentar