JAKARTA - Gara-gara permintaan Republik Maluku Selatan (RMS) yang mendakwa atas pelanggaran HAM, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membatalkan kunjungannya untuk memenuhi undangan Ratu Beatrix ke negeri kincir angin itu. Akibatnya, hubungan Indonesia-Belanda menjadi sedikit terganggu.
Buntutnya, Komisi I DPR berencana memanggil Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, untuk menjelaskan pembatalan tersebut, dan aktivitas RMS di Belanda. Bahkan, Komisi I juga akan mempertanyakan kabar adanya pembukaan jalur penerbangan Ambon-Amsterdam. Sebab, adanya pembukaan rute penerbangan tersebut dicurigai semakin menyuburkan hubungan RMS dengan induk semangnya.
"Kemarin saya dapat cerita dibuka jalur penerbangan Ambon-Amsterdam. Kedatangan cukup tinggi. Itu perlu dicermati," kata Mahfudz Siddiq di DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (7/10/2010).
Adanya kecurigaan rute ini dimanfaatkan kelompok RSM, dibantah Dirjen Perhubungan Udara Harry Bakti. "Terlalu jauhlah kalau rute ini dimanfaatkan, kan sekarang udah ada telepon. Jadi tak ada hubungannya dengan RMS, terlalu jauh," ujarnya.
Menurut Harry, tidak ada penerbangan langsung dari Ambon ke Amsterdam. Namun bisa saja via Jakarta setelah ada pembukaan rute Jakarta-Ambon. "Dari Juni lalu, yang ada rute Jakarta-Amsterdam. Tidak ada Ambon-Amsterdam," ujarnya.
Kabar jalur penerbangan Ambon-Amsterdam ini diluruskan oleh Vice President Corporate Communication Garuda Pujobroto. Menurut sejauh ini, pihaknya belum pernah membuka jalur penerbangan komersial Ambon-Amsterdam. "Namun sejak Juni lalu dibuka rute Jakarta-Amsterdam," katanya saat dihubungi okezone.
Dia menjelaskan, dalam sehari ada satu penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam. Dari Jakarta berangkat sekira pukul 20.40 WIB dan tiba di Amsterdam pagi hari sekira pukul 08.00 waktu setempat. "Menggunakan pesawat pesawat Airbus 330-200," imbuhnya.
Disinggung jumlah penumpang, dia menjelaskan secara umum saat ini sudah mulai membaik. "Kalau dari Belanda tingkat isiannya 90 persen, sedangkan dari Jakarta 75 persen," ungkapnya.
Sekadar diketahui, sejak Juli 2007, maskapai nasional dilarang terbang ke Eropa. Itu terjadi setelah Komisi Eropa mendapat laporan dari International Civil Aviation Organization (ICAO) tentang buruknya armada nasional.
Kabarnya, pembukaan rute Jakarta-Amsterdam justru membuat Garuda Indonesia merugi. Untuk melayani rute ini pulang pergi, Garuda harus merugi Rp4 miliar per hari. Jika dihitung sejak awal Juni hingga akhir September, kerugian yang harus ditanggung Garuda mencapai Rp480 miliar.(ram)(okezone.com)
Buntutnya, Komisi I DPR berencana memanggil Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, untuk menjelaskan pembatalan tersebut, dan aktivitas RMS di Belanda. Bahkan, Komisi I juga akan mempertanyakan kabar adanya pembukaan jalur penerbangan Ambon-Amsterdam. Sebab, adanya pembukaan rute penerbangan tersebut dicurigai semakin menyuburkan hubungan RMS dengan induk semangnya.
"Kemarin saya dapat cerita dibuka jalur penerbangan Ambon-Amsterdam. Kedatangan cukup tinggi. Itu perlu dicermati," kata Mahfudz Siddiq di DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (7/10/2010).
Adanya kecurigaan rute ini dimanfaatkan kelompok RSM, dibantah Dirjen Perhubungan Udara Harry Bakti. "Terlalu jauhlah kalau rute ini dimanfaatkan, kan sekarang udah ada telepon. Jadi tak ada hubungannya dengan RMS, terlalu jauh," ujarnya.
Menurut Harry, tidak ada penerbangan langsung dari Ambon ke Amsterdam. Namun bisa saja via Jakarta setelah ada pembukaan rute Jakarta-Ambon. "Dari Juni lalu, yang ada rute Jakarta-Amsterdam. Tidak ada Ambon-Amsterdam," ujarnya.
Kabar jalur penerbangan Ambon-Amsterdam ini diluruskan oleh Vice President Corporate Communication Garuda Pujobroto. Menurut sejauh ini, pihaknya belum pernah membuka jalur penerbangan komersial Ambon-Amsterdam. "Namun sejak Juni lalu dibuka rute Jakarta-Amsterdam," katanya saat dihubungi okezone.
Dia menjelaskan, dalam sehari ada satu penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam. Dari Jakarta berangkat sekira pukul 20.40 WIB dan tiba di Amsterdam pagi hari sekira pukul 08.00 waktu setempat. "Menggunakan pesawat pesawat Airbus 330-200," imbuhnya.
Disinggung jumlah penumpang, dia menjelaskan secara umum saat ini sudah mulai membaik. "Kalau dari Belanda tingkat isiannya 90 persen, sedangkan dari Jakarta 75 persen," ungkapnya.
Sekadar diketahui, sejak Juli 2007, maskapai nasional dilarang terbang ke Eropa. Itu terjadi setelah Komisi Eropa mendapat laporan dari International Civil Aviation Organization (ICAO) tentang buruknya armada nasional.
Kabarnya, pembukaan rute Jakarta-Amsterdam justru membuat Garuda Indonesia merugi. Untuk melayani rute ini pulang pergi, Garuda harus merugi Rp4 miliar per hari. Jika dihitung sejak awal Juni hingga akhir September, kerugian yang harus ditanggung Garuda mencapai Rp480 miliar.(ram)(okezone.com)
Komentar
Posting Komentar