TAK hanya disiplin dan cerdas, sejak kecil Timur juga sudah merasakan susahnya hidup. Profesi kedua orangtuanya yang hanya seorang guru, ditambah jumlah saudaranya yang tak sedikit, kerap kali Timur dihadapkan pada kondisi ekonomi yang serba paspasan.
Namun,kondisi ini tak lantas membuat Timur patah semangat meraih cita-citanya. ”Pernah saya melihat, Timur dan adiknya makan nasi yang sudah basi. Tak pakai lauk,hanya cabai dan garam yang ia ulek (dihaluskan),” kenangnya.
Hidup di Kota Santri, Timur juga tak luput dari didikan agama yang kuat. Bahkan semasa kecil hingga muda, Timur tak luput dari puasa Senin-Kamis. Slamet sendiri yakin, kesuksesan Timur menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya dan menjadi satu-satunya calon Kapolri, tak luput dari perjuangannya yang tak antisusah.
”Dia memang pantas mendapatkan yang diraih selama ini,” puji Slamet lagi. Sejak nama Timur disebut-sebut menjadi satu dari tiga nama yang akan dicalonkan menjadi Kapolri, ia sendiri mengaku bangga. Namun, rasa bangga itu sempat menghilang setelah nama Timur lenyap dalam bursa.
”Saya kembali lega setelah nama Timur kembali disebut,” tutur bapak yang tinggal persis di samping kanan rumah orang tua Timur ini. Dia yakin, sosok Timur bisa menjalankan tugasnya dengan amanah jika memang dia diberi jabatan pucuk pimpinan polisi itu.
Setidaknya, kata Slamet, perjalanan hidup Timur menjadi satu bekal kepercayaannya. ”Bukan karena teman atau bahkan saudara, bagaimana sosok Timur, bisa ditanyakan semua tetangga di sini,” tuturnya menjamin.
Jaminan perangai ”baik” Timur dari mulut Slamet ini bukan isapan jempol. Gatot Subiyanto (43), salah satu tetangga Timung (sapaan akrab Timur) betapa Timung memiliki predikat ”manusia baik” di mata para tetangganya. Bahkan, Timung terkenal sebagai anak kota yang tak lupa dengan desanya.
”Dari dulu (sejak jadi polisi), Pak Timung selalu akrab dengan tetangga jika pulang,” aku Gatot yang sehari-hari merawat rumah orangtua Timung. Label dermawan juga disematkan para tetangga kepada Timung.
Setiap menginjak kampung halamannya dan berziarah di makam ayahnya, Timung selalu mengumbar senyum dan uang di kantongnya. ”Setiap ketemu orang, selalu diberi uang. Pak Timung memang dermawan,” puji Gatot. Sayang, ia tak ingat lagi kapan kali terakhir Timung menginjakkan kaki di kampung halamannya itu.
Sebelum Hari Raya Idul Fitri lalu, Timung sempat berziarah di makam ayahnya. Saat itulah,Timung memberikan kesan baik kepada semua tetangganya. Meski menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya, penampilan Timung seperti orang biasa.
”Tetap seperti dulu. Semoga nanti, Pak Timung tetap seperti itu,” harapnya dan meyakinkan. Gatot sendiri,sudah dua bulan ini menjadi juru rawat rumah orang tua Timung, yang lokasinya tak jauh dari rumahnya. Sebelum Lebaran lalu, rumah itu sempat dihuni salah satu keluarga besar Timung.
”Setiap hari saya yang menyapu rumah ini. Karena saya memang dititipi. Jadi, ya saya rawat dengan baik. Memang banyak bagian rumah yang harus diperbaiki,” tuturnya.
(Tritus Julan/Koran SI/teb)(okezone)
Namun,kondisi ini tak lantas membuat Timur patah semangat meraih cita-citanya. ”Pernah saya melihat, Timur dan adiknya makan nasi yang sudah basi. Tak pakai lauk,hanya cabai dan garam yang ia ulek (dihaluskan),” kenangnya.
Hidup di Kota Santri, Timur juga tak luput dari didikan agama yang kuat. Bahkan semasa kecil hingga muda, Timur tak luput dari puasa Senin-Kamis. Slamet sendiri yakin, kesuksesan Timur menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya dan menjadi satu-satunya calon Kapolri, tak luput dari perjuangannya yang tak antisusah.
”Dia memang pantas mendapatkan yang diraih selama ini,” puji Slamet lagi. Sejak nama Timur disebut-sebut menjadi satu dari tiga nama yang akan dicalonkan menjadi Kapolri, ia sendiri mengaku bangga. Namun, rasa bangga itu sempat menghilang setelah nama Timur lenyap dalam bursa.
”Saya kembali lega setelah nama Timur kembali disebut,” tutur bapak yang tinggal persis di samping kanan rumah orang tua Timur ini. Dia yakin, sosok Timur bisa menjalankan tugasnya dengan amanah jika memang dia diberi jabatan pucuk pimpinan polisi itu.
Setidaknya, kata Slamet, perjalanan hidup Timur menjadi satu bekal kepercayaannya. ”Bukan karena teman atau bahkan saudara, bagaimana sosok Timur, bisa ditanyakan semua tetangga di sini,” tuturnya menjamin.
Jaminan perangai ”baik” Timur dari mulut Slamet ini bukan isapan jempol. Gatot Subiyanto (43), salah satu tetangga Timung (sapaan akrab Timur) betapa Timung memiliki predikat ”manusia baik” di mata para tetangganya. Bahkan, Timung terkenal sebagai anak kota yang tak lupa dengan desanya.
”Dari dulu (sejak jadi polisi), Pak Timung selalu akrab dengan tetangga jika pulang,” aku Gatot yang sehari-hari merawat rumah orangtua Timung. Label dermawan juga disematkan para tetangga kepada Timung.
Setiap menginjak kampung halamannya dan berziarah di makam ayahnya, Timung selalu mengumbar senyum dan uang di kantongnya. ”Setiap ketemu orang, selalu diberi uang. Pak Timung memang dermawan,” puji Gatot. Sayang, ia tak ingat lagi kapan kali terakhir Timung menginjakkan kaki di kampung halamannya itu.
Sebelum Hari Raya Idul Fitri lalu, Timung sempat berziarah di makam ayahnya. Saat itulah,Timung memberikan kesan baik kepada semua tetangganya. Meski menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya, penampilan Timung seperti orang biasa.
”Tetap seperti dulu. Semoga nanti, Pak Timung tetap seperti itu,” harapnya dan meyakinkan. Gatot sendiri,sudah dua bulan ini menjadi juru rawat rumah orang tua Timung, yang lokasinya tak jauh dari rumahnya. Sebelum Lebaran lalu, rumah itu sempat dihuni salah satu keluarga besar Timung.
”Setiap hari saya yang menyapu rumah ini. Karena saya memang dititipi. Jadi, ya saya rawat dengan baik. Memang banyak bagian rumah yang harus diperbaiki,” tuturnya.
(Tritus Julan/Koran SI/teb)(okezone)
Komentar
Posting Komentar